TERKINI
Dari Tradisi Berburu, Melumpuhkan Penjajah Hingga Jadi Olahraga Tradisional

Dari Tradisi Berburu, Melumpuhkan Penjajah Hingga Jadi Olahraga Tradisional

MEDIA CENTER, Palangka Raya – Sekelompok orang usia remaja dan paruh baya, terlihat berbaris rapi dibagian belakang seutas tali yang memanjang pada sebuah lapangan ukuran olahraga bola futsal. Terlihat ditangan mereka masing-masing memegang sebuah benda berbentuk tabung dari kayu ukuran panjang kira-kira 2,5 Meter, kontras sesuai dengan tinggi badan orang yang menggunakannya.

Pada bagian belakang (dasar) kayu panjang berbentuk tabung itu diameternya sedikit lebih besar, sedangkan bagian pangkal depannya berdiameter sedikit lebih kecil dan terlihat jelas terpasang sebuah mata tombak.

Tampak mereka mengambil suatu benda dari sebuah kantong kain yang berjuntai disisi pinggangnya. Benda itu terlihat terbuat dari bambu yang salah satu ujungnya berbentuk seperti kerucut bulat panjang kira-kira diameternya kurang dari 1 cm (seukuran kuas untuk melukis). Lalu benda itu dimasukan ke bagian dasar tabung kayu panjang yang sedikit lebih besar tadi.

Setelah memasukan benda tersebut secara serentak mereka mengangkat kayu panjang tadi lurus kedepan. Bagian dasar belakang kayu panjang terutama pada bagian tabung atau lubang, diletakkan menempel rapat dibagian mulut masing-masing. Terlihat kaki kiri atau kanan sedikit maju kedepan seolah-olah membentuk kuda-kuda.

Kemudian tampak terlihat mereka mengambil ancang-ancang seperti menghirup napas kuat dan panjang. Setelah dirasa cukup lalu mereka meniup kuat-kuat terdengar bunyi mendesis seiring melesat sebuah benda dengan lurus menuju sasarannya lingkaran yang dibuat dari karton atau kertas yang didirikan dengan jarak yang sudah ditentukan dihadapan mereka.

Pemandangan ini adalah salah satu dari kegiatan lomba Manyipet saat pelaksanaan even akbar Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2019 baru-baru ini.

Bagi suku Dayak, Sipet atau Sumpit adalah senjata yang identik digunakan untuk berburu hewan liar atau hewan untuk di makan. Bahkan berdasarkan cerita turun temurun, Sipet itu menjadi senjata khas Dayak saat terjadinya pertempuran selain tombak (Lunju) dan Mandau.

Konon saat terjadi perperangan antara Suku Dayak dengan penjajah di Kalimantan, maka Sipet menjadi senjata andalan, meskipun tentara penjajah kala itu bersenjatakan senapan praktis dan canggih. Namun laskar Dayak hanya mengandalkan senjata tradisional, salah satunya sipet atau sumpit ini.

Meski begitu senjata sipet ini tenyata sangat ditakuti tentara penjajah kala itu, sebab jika terkena anak sipet/sumpit (dalam bahasa Dayaknya disebut Damek), maka akan merasakan tersiksa sebelum akhirnya tewas. Hal itu dikarenakan, sebelum perperangan laskar atau prajurit Dayak kala itu, terlebih dahulu mengolesi damek-damek yang menjadi peluru sipet dengan getah pohon ipuh atau pohon iren sebagai racun.

Gauri, Staf Analisis Potensi Wisata pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalteng mengatakan, sejatinya tidak ada filosopi asal muasal senjata sipet, sebab suku suku pribumi daerah lain bahkan suku pribumi negara lain pun mengenal senjata sejenis ini.

“Lebih sebagai senjata untuk berburu dan meramu oleh suku Dayak di zaman dulu, karena sipet atau sumpit ini tergolong senjata senyap atau senjata tradisional jarak jauh untuk melumpuhkan sasaran,” jelasnya.

Namun begitu dalam penggunaannya, seseorang harus memiliki keterampilan, yang diawali dengan latihan dengan tekun.

“Dulu memang sebagai senjata untuk berburu, sampai ketika masuk penjajahan, maka sipet atau sumpit ini menjadi bagian senjata khas yang sangat ditakuti lawan,”tutur Gauri.

Dalam perkembangannya saat ini sipet atau sumpit ini telah menjadi alat untuk kegiatan lomba tradisional, seperti halnya di Kalteng dikenal dengan lomba manyipet.

Olahraga manyipet, tujuan olahraganya hampir sama saja dengan olahraga modern saat ini, seperti olahraga menembak maupun panahan, karena sasaran olahraga ini adalah berlomba-lomba untuk mengenai titik fokus lingkaran dengan jarak yang ditentukan. Jika anak sipet, peluru menembak atau anak panah banyak mengenai sasaran, maka itulah yang dinilai terbaik. (by Ferry S. MC Kota Palangka Raya)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*