MEDIA CENTER, Palangka Raya – Berdasarkan data menunjukkan anak-anak di Kota Palangka Raya ada yang terpapar covid-19. Namun kabar baiknya, anak-anak ini kemudian pulih dan sehat kembali.
Muncul pertanyaan, apakah tingginya kesembuhan pada anak-anak ini, bisa menjadi tolok ukur untuk mempercepat sekolah melaksanakan proses belajar mengajar tatap muka ?
Menjawab akan hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Palangka Raya, Akhmad Fauliansyah mengatakan, tidak adanya kasus kematian anak di Kota Palangka Raya akibat covid-19, serta tingginya angka kesembuhan anak dari paparan virus tersebut, maka wajib disyukuri.
Hanya saja kata dia, ketika berbicara, apakah hal itu semua bisa menjadi tolok ukur untuk mempercepat sekolah melaksanakan proses belajar mengajar, maka jawabannya saat ini belum bisa menjadi patokan, apakah anak-anak bisa atau tidaknya belajar secara tatap muka.
“Hingga kini ketentuan masih mengacu pada surat edaran yang dikeluarkan oleh disdik, yakni terkait perpanjangan masa belajar di rumah bagi peserta didik,”ungkap Fauliansyah, Jumat (7/8/2020).
Sejauh ini lanjut dia, dari beberapa kali surat edaran perpanjangan masa belajar anak di rumah, tentu tidak lepas dengan kondisi tingginya penyebaran pandemi covid-19. Sekolah pun akhirnya tidak bisa menjalankan aktivitas seperti biasanya karena mengacu ketentuan protokol kesehatan.
“Nah, ketika sekolah dinilai bisa melaksanakan tatap muka, maka terlebih dahulu disdik harus memberitahukan ke satgas covid-19 untuk mendapatkan rekomendasi. Kemudian dilanjutkan dengan persetujuan dari wali kota,”jelasnya.
Terlepas dari itu semua, maka hingga ini sambung Fauliansyah sistem pembelajaran masih dilakukan melalui daring dan luring (online).
“Iya, meski kita sama-sama memahami, model atau sistem pembelajaran ini pasti ada kurang dan lebihnya. Karena semuanya berkenaan dengan ilmu tekhnologi (IT), yang tidak sedikit muncul berbagai kendala,”terangnya.
Perlu disadari sambung Fauliansyah, adanya kebijakan peserta didik belajar di rumah tidak lain dimaksudkan agar jangan sampai muncul terjadi klaster virus korona di sektor pendidikan.
“Bila dipaksakan peserta didik turun ke sekolah, maka bisa saja anak-anak rawan terpapar covid-19,”tandasnya. (MC. Isen Mulang.1/nd)