Memasuki era revolusi 4.0 masyarakat Palangka Raya semakin dimanjakan dengan berbagai kemudahan teknologi yang tersedia. Salah satu kemudahan yang kerap dirasakan masyarakat adalah berbagai aplikasi jasa online. Pelayanan jasa yang dimulai dari penyediaan jasa transportasi kini makin memberikan keragaman, salah satunya pengantaran makanan. Tak sedikit rumah makan, café maupun restoran yang sudah terkoneksi memanfaatkan ojek online yang akrab disapa ojol.
Dengan memanfaatkan ojol masyarakat dapat dengan mudah memilih makanan sesuai dengan selera. Tidak perlu repot memasak atau sekedar mengantri dalam membeli makanan. Hanya dengan ujung jari, makanan sampai sesuai keinginan pemesan. Fakta ini mendorong adanya perubahan pola konsumsi masyarakat Palangka Raya. Proporsi pengeluaran makanan dan minuman jadi terus mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2015 proporsi pengeluaran makanan dan minuman jadi masyarakat Palangka Raya sebesar 30,39 persen, pada tahun 2018 melonjak menjadi 39,51 persen.
Tidak hanya perubahan pada proporsi pengeluaran makanan jadi, porporsi pengeluaran padi-padian terus mengalami penurunan. Jika pada tahun 2015 proporsi pengeluaran masyarakat Palangka Raya untuk padi-padian sebesar 10,67 persen, pada tahun 2018 proporsinya menurun di angka 7,38 persen. Pola ini jelas menunjukkan bahwa masyarakat Palangka Raya telah mengalami pergeseran dalam pola konsumsi. Jika dulu banyak masyarakat melakukan aktifitas memasak, saat ini masyarakat lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan jadi. Kepraktisan dan kemudahan yang diberikan layanan ojol mendorong penduduk Palangka Raya untuk lebih memilih membeli makanan. Kebiasan ini juga didukung gaya hidup leisure ekonomi yang telah mendorong masyarakat Palangka Raya untuk mengkonsumsi makanan jadi di luar rumah, baik saat menikmati kebersamaan dengan rekan-rekan, atau sekedar nongkrong menikmati hiburan yang ada.
Perlu disadari bahwa pergeseran pola konsumsi masyarakat Palangka Raya ini berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Palangka Raya. Bagaimana tidak, konsumsi rumah tangga mampu menyumbang 39,05 persen dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Palangka Raya. Apabila dibandingkan dengan tahun 2017 saja, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun 2018 tumbuh 4,95 persen.
Bila ditelusuri lebih lanjut, tidak mengherankan jika pergeseran pola konsumsi ini terjadi cukup cepat di Palangka Raya. Sebagai wilayah perkotaan di Kalimantan Tengah, masyarakat Palangka Raya memiliki daya beli yang lebih tinggi dibanding daerah lainnya. Bahkan berdasarkan penggolongan pengeluaran per bulan hasil survei sosial ekonomi nasional yang di keluarkan Badan Pusat Statistik, 46,96 persen masyarakat Palangka Raya memiliki pengeluaran per kapita lebih dari 1.500.000 rupiah.
Munculnya berbagai tren gaya hidup, mulai dari berbagai makanan kekinian, ragam makanan dalam pola hidup sehat, pola hidup diet hingga tren yang muncul dari idola anak muda saat ini menjadi alasan lain dari perubahan pola hidup masyarakat. Gembar-gembor minuman kekinian mulai dari yang dianggap sehat untuk men-detoks tubuh hingga ragam kopi dan minuman berasa lainnya turut mewarnai perubahan pola konsumsi masyarakat. Kondisi ini tentu saja merupakan pasar baik untuk para pelaku bisnis yang dapat membaca arah pergerakan konsumsi masyarakat saat ini.
Perubahan pola konsumsi di era revolusi industri 4.0 ini telah menciptakan berbagai peluang bisnis terutama dalam bisnis makanan dan minuman jadi. Peluang bisnis ini tentu sangat baik untuk memacu roda perputaran ekonomi di Palangka Raya. Siapapun dapat menjadi penikmat dari kondisi pergeseran pola konsumsi ini, entah sebagai konsumen maupun sang penilik pasar. Yang terpenting masyarakat harus semakin cerdas. Cerdas dalam mengkonsumsi ragam pilihan yang ada, cerdas mensiasatin peluang ekonomi yang muncul atau cerdas untuk tetap menekuni pola hidup yang berbeda. Pilihan ada ditangan kita masing-masing.
Lydia Putri
Staf Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya