TERKINI
POTENSI PERTANIAN KELUARGA DI TENGAH COVID-19

POTENSI PERTANIAN KELUARGA DI TENGAH COVID-19

Ketahanan pangan akan selalu menjadi isu yang penting untuk dibahas, terlebih disaat pandemi covid-19 yang belum kunjung menemui titik akhir. Permasalahan distribusi yang kerap terjadi akibat pembatasan wilayah berskala besar atau yg akrab dikenal PSBB perlu menemui berbagai alternatif solusi. Karena ditengah kondisi apapun, pangan menjadi kebutuhan dasar utama yang harus dipenuhi oleh setiap masyarakat.

Kebutuhan Pangan di Palangka Raya
Berdasarkan data yang dirilis BPS Kota Palangka Raya tahun 2019, rata-rata pengeluaran sebulan yang dikeluarkan masyarakat Palangka Raya untuk memenuhi kebutuhan makanan mencapai angka Rp 803.731,00. Nilai ini merupakan 43,17 % dari total pengeluaran yang dikeluarkan masyarakat Palangka Raya. Hal ini berarti, hampir setengah dari total pengeluaran masyarakat Palangka Raya masih berkutat pada kebutuhan pangan. Gejolak harga pangan yang acap kali berflutuasi dimasa pandemi covid-19 ini akan sangat berpengaruh pada total pengeluaran masyarakat. Jika distribusi pangan di Palangka Raya yang umumnya masih bergantung pada hasil distribusi asal Banjarmasin dan Sampit terhambat, maka jelas permintaan akan meningkat dan penawaran dari harga pun akan meroket. Kondisi ini jelas sangat membahayakan, mengingat tidak semua masyarakat memiliki pendapatan yang cukup untuk mentolerir kondisi harga pangan yang terkadang tidak menentu.

Potensi Ditengah Krisis
Food and Agriculture Organization (FAO) sebagai lembaga internasional yang fokus menangani masalah pangan dan pertanian di dunia juga telah memperingatkan mengenai potensi krisis pangan global yang terjadi akibat pandemi covid-19. Indonesia yang selama ini masih mengandalkan impor dalam pemenuhan kebutuhan pangan, perlu menyusun strategi-strategi jitu agar mampu menyelamatkan kebutuhan pangan masyarakatnya. Pemerintah harus berkomitmen dan aktif mendorong pemanfaatan lahan suboptimal seperti lahan kering dan rawa untuk dijadikan lahan produktif guna menghasilkan produk pangan yang mandiri.

Wilayah Kalimantan Tengah terutama Palangka Raya, memiliki potensi besar untuk mandiri dalam hal pemenuhan pangan masyarakatnya. Memiliki luas wilayah 2.853,12 km2 dengan kepadatan penduduk yang hanya berkisar 93 per km2, mendeskripsikan betapa Palangka Raya memiliki banyak lahan yang belum dipadati penduduk dan dapat dijadikan sebagai lahan yang produktif. Masyarakat dapat memanfaatkan lahan-lahan terbuka yang ada sebagai tempat menanam berbagai tanaman pangan atau bahkan meranah pada kegiatan budidaya. Tidak hanya itu, pemanfaatan pekarangan yang umunya dimiliki oleh hampir semua rumah tangga yang ada di Palangka Raya merupakan potensi kecil yang apabila dilakukan secara masif dapat menjadi alternatif solusi dalam menanggulangi kesulitan akses terhadap kebutuhan pangan ditengah pandemi covid-19.

Keuntungan Membentuk Pertanian Alternatif Keluarga
Ditengah pandemi covid-19 yang memaksa sebagian besar masyarakat untuk melakukan aktivitas di rumah, mengembangkan pertanian keluarga berskala kecil dapat menjadi salah satu kegiatan positif yang produktif. Masyarakat dapat menanam beberapa jenis tanaman pangan yang mudah dikembangbiakkan, atau membudidayakan ternak dan ikan. Selain dapat digunakan untuk konsumsi pribadi, hasil yang berlebih dapat dijual dengan harga yang bersahabat. Apabila masyarakat memiliki lahan yang cukup luas, momen ini dapat dijadikan waktu pembelajaran yang nantinya jika terus digeluti dapat menjadi salah satu potensi usaha bagi masyarakat Palangka Raya.

Berdasarkan hasil rapat terbatas kabinet bersama Presiden, terdapat beberapa stock pangan yang mengalami kondisi defisit di Indonesia, ragam pangan tersebut antara lain: bawang putih, gula pasir, cabai besar, telur ayam, cabai rawit, jagung dan beras. Satu atau beberapa dari ragam pangan ini dapat menjadi pilihan bagi masyarakat yang ingin melakukan aktivitas pertanian keluarga. Selain dapat memperoleh harga yang lebih murah, kemandirian tiap daerah untuk memenuhi ketersedian pangan menjadi salah satu solusi yang bisa dilakukan di masa pandemi ini.

Setidaknya ada lima keuntungan dari kegiatan pertanian alternatif keluarga yang dilakukan pada masa pandemi covid-19, yakni:
1. Sebagai salah satu kegiatan positif dan produktif selama masa pandemi covid-19.
2. Sarana pembelajaran dan pelatihan mandiri yang berpotensi sebagai peluang usaha yang menjanjikan dimasa depan.
3. Terhindar dari setidaknya satu atau beberapa fluktuasi harga komoditas pangan yang tak menentu di tengah pandemi covid-19.
4. Mampu mengatasi kesulitan akses terhadap kebutuhan pangan akibat distribusi hasil pertanian yang terkendala PSBB.
5. Berpotensi membuka lapangan kerja untuk menyerap tenaga kerja yang menganggur.

Mengubah sudut pandang keterbatasan menjadi sebuah potensi baru yang dapat dikembangkan ditengah kondisi pandemi yang tak menentu, menjadi sebuah kaca mata cerdas yang perlu disadari oleh masyarakat. Pemerintah harus terus berupaya menjaga kestabilan distribusi pasokan pangan beserta kestabilan harga pasar. Namun, masyarakat perlu turut aktif memaksimalkan potensi yang ada disekitarnya. Mari perlahan kita berhenti melihat kesulitan yang ada dan melangkah maju menilik peluang dalam setiap kesulitan terjadi.

Lydia Putri, S.Tr.Stat
Staf Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*