Penggunaan berbagai transportasi online seperti gojek dan grab, membeli barang bahkan berinvestasi secara online merupakan bentuk kemajuan peradaban manusia. Internet bukan saja sarana pendukung kehidupan masyarakat modern,namun telah menjadi modal untuk melakukan berbagai aktivitas sehari-hari.Kondisi ini merupakan bukti nyata dari masuknya kita pada revolusi industri 4.0.
Apa Itu Revolusi Industri 4.0 ?
Revolusi industri 4.0 merupakan sebuah perubahan yang membawa internet, kecerdasan buatan dan kendaran otonom menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Sebelum memasuki revolusi industri 4.0, masyarakat dunia telah melalui tiga tahapan revolusi. Revolusi 1.0 terjadi pada awal abad ke-18yangditandai dengan penemuan mesin uap danmesin manufaktur. Revolusi industri 2.0,terjadi pada abad ke-19 yang menghadirkan mesinlistrik, sehingga berbagai manufaktur dan produksi mulai dilakukan secara massal. Revolusi industri 3.0, terjadi pada awal abad ke-20yang ditandai dengan pemanfaatan komputer dan robot dalam kegiatan industri.
Saat ini tibalah kita pada revolusi industri 4.0, sebuah revolusi yang membawa generasi teks menjadi generasi visual. Pada era-era sebelumnya, buku secara fisik dikenal sebagai gudang informasi dan jendela untuk melihat dunia luar. Namun dengan masuknya era industri 4.0, buku tidak lagi hanya dinikmati secara fisik, akan tetapisecara visual lewat berbagai e-book dan materi pembelajaran lain. Pencarian informasi pun tidak lagi terbatas pada buku-buku, namun juga lewat berbagai tautan yang ada pada dunia maya. Bahkan, melihat dunia luar dapat dengan mudahdilakukanmelaluiberbagi platform media sosial.
Tantangan vs Peluang
Menurut Bambang P.S.B, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, kehadiranrevolusiindustri 4.0 akan menyebabkan hilangnya lebih dari 50 juta peluang kerja di Indonesia. Hal ini terjadi karena penggunaan sumber daya manusia (SDM) akanbanyak bergeser digantikan dengan robot yang dilengkapi kecerdasan buatan atau disebutArtificial Interlegence(AI).AI mendorong industri untuk lebih melirik penggunaan robot dibanding manusia karena dapat melakukan berbagai pekerjaansecaralebih cepat dan efisien. Selain itu, dengan penggunaan robotberbasis AIperusahaan terlepas dari berbagai asuransi dan pendanaan yang harus dikeluarkan saat merekrut SDM. Kondisi ini menjadi sebuah tantangan besar, apalagi saat ini Indonesia sedang berada pada kondisi bonus demografi, suatu keadaan dimana jumlah penduduk usia produktif jauh lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk usia ketergantungan. Sehingga dibutuhkan lebih banyak lapangan kerja untuk para penduduk usia produktif.
Di sisi lain, Airlangga Hartarto selaku Menteri Perindustrian meyakini bahwa revolusi industri4.0 akan menjadi kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk semakin berinovasi terutama dalam pasar ekonomi digital.Masyarakat yang inovatif akan mampu berkreasi lebih dan melihat setiap peluang yang ada dalam menarik target pasar. Untuk dapat masuk dan menguasai pasar digital, dibutuhkan masyarakat-masyarakat yang melek teknologi dan juga cerdas.
Minat Sekolah di Palangka Raya
Salah satu ukuran yang menggambarkan kualitas manusia adalah tingkat pendidikan. Selain dinilai mampu mengubah pola pikir dan cara pandang masyarakat, pendidikan dianggap mampu membuka akses masyarakat terutama dalam menyikapi setiap perubahan zaman. Tidak heran jika masyarakat modern akan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas dirinya,diantaranyadengan menuntut pendidikan setinggi-tingginya.
Jika dulu pendidikan adalah sebuah kemewahan, saat ini pendidikan dapat dinikmati oleh berbagai kaumberkatberbagai fasilitas pemerintahyang ada. Namun yang terjadi, banyak sekali masyarakat yang bahkan mengabaikan pendidikan. Provinsi Kalimantan Tengah yang dibombardirkan sebagai salah satu kandidat terkuat calon ibu kota bahkan memiliki Angka Partisipasi Murni (APM) SMA sebesar 59,15 persen. Data terbaru yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik(BPS)ini, memiliki arti bahwaterdapat 40, 85 persen penduduk usia SMA di Kalimantan Tengah yang tidak menikmati pendidikan SMA. Jika ada 100 penduduk usia SMAdi Kalimantan Tengah,makasebanyak 40-41 orang diantaranyatidak menikmati pendidikan SMA. Angka ini menduduki peringkat ke-4 terendah dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia.
Di Kota Palangka Raya sendiri, data terbaru yang di keluarkan oleh BPS Kota Palangka Raya menunjukkan bahwa hanya 40,12 persen penduduk berusia 19-24 tahun yang masih menikmati pendidikan. Sebanyak58,88 persen lainnya tidakmenikmati pendidikan. Padahal usia 19-24 merupakanusia-usia dimana masyarakat pada umumnya menempuh pendidikan lanjut di bangku universitas. Angka-angka ini jelas menunjukkan rendahnya minat masyarakat untuk menikmati pendidikan dan rendahnya kualitas manusia yang ada diKota PalangkaRaya. Di era industri 4.0 dengan berbagai kemajuan yang ada, memiliki sebuah smartphone tidak lah cukup. Lebih dari itu, diperlukan kecerdasan dan kualitas manusia. Kurangnya minat masyarakat dalam mengecap pendidikan lanjut dapat menjadi salah satu penghambat bagi masayarakat untuk berjaya dan turut menikmati era industri 4.0. Sebaliknya,masyarakat akan cenderung tertinggal dan kalah bersaing dengan masyarakat lainyang secara kualitas jauh lebih baik karena didukung dengan tingkat pendidikan yang tinggi.
Terus menggaungkan semangat menempuh pendidikan dan menyedikan sarana pendidikan yang berkualitas,perlu menjadi bagianpenting untukpemerintahdaerahdan dinas terkait. Namun, jauh lebih penting ialahmeningkatkan kesadaran diri sendiriuntuk terus memperkaya kualitas diri lewat pendidikan setinggi mungkin. Terlebih padagenerasimuda pemangku estafet bangsa, jangan cepat puas hanya dengan mampu menjalankan smartphone dan larut dengan hiruk pikuk sosial media. Lebih dari itu, menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi untuk terus existdi tengah era industri 4.0 merupakan hal yang harus dicapai.
“Lebih baik berlelah dalam mengejar ilmu daripada hanyut dalam kebodohan”.
Lydia Putri
Statistisi Ahli Pertama Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya